Lutung Kasarung
Pada zaman dahulu kala
di tanah Pasundan menyimpan sebuah legenda tentang seekor lutung yang jatuh
hati kepada seorang putri. Bermula pada saat seorang raja yang bernama Prabu
Tapak Agung. Raja yang bijaksana ini memiliki dua orang putri cantik. Putri
pertamanya yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.
Prabu Tapak Agung
sangat mencintai kedua putrinya. Ibu mereka sudah lama tiada sehingga ayah dua
orang anak ini mencurahkan segalanya agar mereka tidak merasa kesepian. Kini
keduanya telah dewasa, Purbararang dipersunting oleh Pangeran Indrajaya
sedangkan Si bungsu, Purbasari pun sudah memiliki kematangan untuk segera di
persunting oleh seorang pangeran. Hanya saja Purbasari belum siap untuk hal
tersebut.
Cinta adalah hal yang
sukar untuk ditemukan di dalam lingkaran kerajaan. Isinya hanya tentang kemewahan
serta ambisi kedudukan. Purbasari tidak seperti itu. Dia memiliki kisahnya
sendiri tentang menemukan seorang kekasih yang baik hati. Kisahnya dimulai saat
Ayah yang amat dia cintai pergi menyusul Ibunya. Tanpa dia ketahui, ambisi
serta hausnya akan kedudukan yang dialami oleh Purbararang telah membawa
petaka.
Suatu ketika Raja yang
bijaksana itu jatuh sakit. Di muka puntu kamar tak sengaja Purbararang
mendengar pembicaraan Ayahnya, Prabu Tapak Agung kepada patih. Prabu tapak
agung berpesan sebelum kematiannya bahwa kedudukan yang ia miliki akan dia
berikan kepada putrinya yang bungsu yaitu Purbasari. Raja menilai purbasari
pantas mendapatkannya. Dari kecil Sang raja memang memerhatikan kedua putrinya.
Purbasari memiliki semua kreteria sebagai seorang pemimpin yang bijak,
penyayang serta mampu dengan baik menata kota. Terlihat dari kebiasaan
Purbasari yang senang menyambangi pasar dan juga ikut mengomentari setiap apa
yang patih sarankan kepada raja. Dia sedikit cerewet dan juga kritis akan
hal-hal kecil yang berhubungan dengan kemanusiaan. Berbeda dengan kakaknya,
Purbararang. Dia lebih senang berdandan dan kerjanya hanya marah-marah kepada
pekerja kerajaan apa bila ada sesuatu yang membuatnya tidak senang. Wajar bila
sang raja memilih Si Bungsu sebagai gantinya di singgahsana.
Titah itu ternyata
mengundang kedengkian yang teramat besar. Purbararang menceritakan hal tersebut
kepada suaminya, Indrajaya. Mendengar hal tersebut, bukannya menenangkan sang
putri tetapi Indrajaya malah menyulut api menjadi semakin besar lagi.
“Ini tidak bisa diniarkan.
Ayahmu seharusnya memilihmu sebagai anak pertamanya. Lagi pula kau telah
memiliki aku sebgai suami yang akan ikut mengatur setiap urusan kerajaan.” Perkataan
itu bakminyak yang disiramkan kebara apii sekecil kepala korek.
Dia kemudian membuat
makar. Di buatnya racun untuk Sang Raja. Purbararang membawa sebuah minuman
yang ia taruh diatas meja. Dengan wajah datar dia memberikan minuman itu kepada
ayahnya. Prabu Tapak Agung tidak menaruh curiga apapun terhadap Purbararang.
Putri yang amat dia cintai itu justri meracuninnya. Cinta yang dia berika
semasa hidupnya ditukar dengan segelas racun kebencian yang akan segera
membunuhnya. Dipangkuan putri yang dia cintai. Dia mengerang kesakitan membiarkan
racun mengerogoti organ dalam tubuhnya. Racun yang menyerang hati dan juga
membekukan pembuluhdarah tersebut membuatnya tak bisa berkata apa-apa selain
usaha untuk bertanya, “Me…ngapa?” meski tanya tersebut tak terjawab.
Purrbararang
meninggalkan jasad ayahnya yang terbaring diranjang sendirian. Dibuat seolah
malaikat maut lah yang melakukan kekejian tersebut. Pagi harinya Purbasari
menemukan kengerian itu dan berteriak kencang menggeparkan seluruh kerajaan.
Prosesi pemakaman Raja pun digelar dengan tangisan dan juga ketidak relaan rakyat
yang mengetahui akhir hayat Raja yang bijaksana malah mengerikan dan tidak
pantas. Seharusnya dia bisa mati dengan tenang di atas ranjangnya.
Penderitaan ini tidak berakhir dengan cepat. Apa yang direncanakan oleh Purbararang dan suaminya tidak berjalan lancar. Titah itu telah sampai kepada pengadilan kerajaan. Maka mau tak mau ia harus menerima bahwa adiknyalah yang akan duduk di singgahsana menggantikan ayahnya. Kegeramannya yang sudah tidak berdasar itu kini membutakannya. Sumur kebencian yang dimiliki Purbararang sudah tidak lagi terlihat ujungnya. Dia kini berniat mencelakai adik sematawayangnya itu.
Ditemani Indarjaya,
Putri yang haus akan kekuasaan pergi ke hutan menemui seorang penyihir. Di
sanalah sepasang suami istri tersebut mencurahkan segala keinginannya. Dihadapan
seorang wanita tua berbaju hitam lebar dengan gelang dan kalung emas serta
tongkat yang tak lepas dari genggamannya. Penyihir ini terlihat seperti orang berada. Ia terlihat mewah di tengah
hutan yang tanpa cahaya. Mendengar hal tersebut, Sang Nenek sihir terpatri
hatinya untuk membantu. Hanya saja dengan bayaran yang sangat besar tentunya. Apabila
niatan jahat mereka terwujud maka mereka harus mempersembahkan sebuah nyawa
sebagai bayaran. Nyawa itu akan di dipesembahkan setiap akhir tahun. Tetapi apa
bila gagal maka nyawa mereka sebagai gantinya. Sebagai seorang penyihir tentu
tidak mau rugi. Apalagi sesuatu itu berhubungan dengan hal gaib.
Purbararang dan
Indarjaya menelan ludah. Merasakan getir kengerian apa bila rencana tersebut
justru berbalik menyerang mereka. Artinya dalam hal apapun apabila mereka
berhasil memberikan nyawa seseorang yang penyihir itu inginkan maka rencana
mereka berjalan mulus. Mereka akan menjadi Raja dan Ratu yang membayar
kedudukannya dengan membunuh. Apabila mereka tak mampu memberikan nyawa itu,
maka mereka akan mati sebaga pemangsa yang dimangsa.
“Baiklah, kami setuju.
Apabila rencana ini berhasil maka setiap akhir tahun kami akan memberikanmu
nyawa sebagai tumbal,” terang mereka. Setelah sebelumnya saling berbisik untuk
memperdebatkannya.
Nenek sihir itupun
kemudian memejamkan matanya. Tanpa Ba…Bi…Bu…
Dia mulai membaca mantra-mantra. Dan mengetukan tongkat sihirnya kelantai. Seketika
itu muncul ledakan dan asap berwarna merah yang mengepul seperti tiga buah
petasan yang diledakan secara bersamaan. Suami istri itu terperanjat kaget. Sementara
Nenek sihir itu tertawa jahat puas karna mantranya telah berhasil mengenai
korbannya. “Pulanglah dan saksikan apa yang terjadi kepada Purbasari, adikmu
itu,” perintah Sang Penyihir kepada mereka.
Sesampainya di rumah.
Purbararang di kejutkan oleh beberapa prajurit dan juga pekerja kerajaan yang
berkerumun di kamar Purbasari. Sementara putri itu tengah menangis karna
mendapati dirinya dengan kulit yang berubah menjadi totol hitam, seperti macan.
Melihat hal itu, kemudian Purbararang mulai menjalankan rencana busuknya,
“Menjijikan, kau telah
dikutuk Purbasari. Tak pantas kerajaan ini dipimpin oleh seorang yang terkutuk
sepertimu!” Umpat Purbararang.
Ratu muda itu hanya
dapat menangis dan pasrah. Dia tidak menginginkan kedudukan, dia hanya ingin
menuruti pinta ayahnya. Alhasil, bila seperti ini jadinya maka dia akan mundur
tanpa harus dipaksa turun dari jabatannya sebagai Ratu. Tidak sampai di situ
saja. Purbararang ternyata memiliki niatan lebih besar dari ini semua. Dia kini
mengasingkan adik perempuannya kedalam hutan.
Patih diperintahkan
untuk mengirimnya ke hutan. Hanya saja patih tahu bahwa dibalik sosok yang
terkutuk itu masih tersimpan kebaikan seorang ratu. Dengan tidak tega patih
meninggalkan putri di tengah hutan berlantara. Sebelum kepergiannya, Patih dan
beberapa orang prajurit membuatkan gubuk sederhana untuk ditinggali oleh Purbasari,
putri yang terbuang.
Purbasari hidup dengan
menyesuaikan diri. Dia sosok yang peka terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam
waktu sebulan saja dia mulai terbiasa. Dia pergi kesungai dan memanjat pohon
untuk mengambil makanan berupa buah-buahan. Geriknya terbatas karna dia tahu
bahwa hutan sangat berbahaya dan menyimpan berbagaimacam rahasia. Hewan buas
dan juga segala hal gaib yang mengawasinya setiap malam. Tetapi itu bukan hal
yang dia akan temui justru hutan memiliki takdirnya. Jodoh yang akan dia temui
dalam waktu dekat ini.
Lagi-lagi kebaikan Sang
Putri memberikan manfaat buat dirinya. Meski dia berada ditengah hutan dan
sendiri. Tetapi hewan-hewan memiliki kepekaan atas kebaikan itu. Purbasari
memiliki teman berupa tupai, kelinci, burung, bahkan ular dan diantara mereka adalah
lutung sebagai pendamping setia yang siap melindunginya. Lutung inilah yang
nantinya akan menjadi akhir cerita dari Sang putri yang terbuang.
Lutung adalah seorang pangeran
tampan yang juga sama-sama dikutuk untuk sebuah cerita yang sama juga. Hanya saja
lutung memiliki kekuatan sebagai hadiah atas ketabahannya. Saat pertama melihat
Purbasari, lutung telah jatuh hati. Ditengah bulan purnama lutung duduk dia atas
batu di sebuah bukit. Dia meminta kepada Sang Pencipta. Dia bertapa hingga pagi
tiba. Tak lama setelah matahari terbit sebatas kepala. Lutung melompat-lompat,
didapatinya sebuah telaga yang terbentuk dari mata air yang memuncrat dari batu
tempat ia berdiam semalam. Sontak saja lutung mendatangi Purbasari. Ditariknya Putri
cantik yang baik hati tersebut ke sisi telaga itu. Dengan suara khas seekor
lutung dia memerintahkan Purbasari untuk menceburkan dirinya. Purbasari dengan
heran menuruti begitu saja. Baginya ini bukan sebuah bahaya sebab lutung yang
setia menemaninyalah yang membuat permohonan sederhana itu.
Putri mulai mencelupkan
kaki kanannya kedalam telaga. Talaga itu tiba-tiba menghitam seperti tinta yang
tercelum dalam air. Purbasari tersenyum, lantas ia menatap lutung dengan penuh
percaya diri. Dia menceburkan dirinya perlahan. Warna hitam yang melekat pada kulit
Sang Putri memudar begitu saja. Kini kutukan itu hilang. Kulitnya menjadi
bersih seperti semula. Bhakan lebih lembut dan lebih bercahaya.
Sebagai seorang kaka
Purbararang masih memiliki sedikit perasaan iba yang tersisa pada dirinya. Dia
dan Suaminya datang untuk menemui Purbasari. Alih-alih mendapatkan kabar yang
buruk dan menjauhakan Purbasari dari kerajaan. Justru Raja dan Ratu yang gila
akan kekuasaan tersebut menemui akhir dari ceritanya. Didapatinya adiknya yang
kembali cantik karna telah hilangnya
kutukan tersebut. Patih dan para perajurit yang mengiringi mereka merasa senang
saat pelihat hal tersebut. “Sudah saatnya kedudukan itu dikembalikan kepada
yang berhak,” ujar Patih dalam hati.
Patih tetaplah Patih. Dia
tidak memiliki andil dalam hal keputusan apapun. Sebab seorang Raja lah yang
berhak atas itu. Indarjaya menarik tangan istrinya itu. Menjauh dari kerumunan
dan menyepi. Mereka berupaya membicarakan makar untuk menyelamatkan posisi
mereka sekarang. Sementara itu Sang adik dikerumuni oleh orang-orang istana,
mereka sangat senang atas kesembuhan Purbasari. Disisi lain lutung menaruh
curiga terhadap kedua pasangan yang sedang meyepi tersebut. Lutung memanjat
pohon dan mengendap dalam hijaunya dedaunan. Dia memasang baik-baik telinganya
untuk mengetahui pembicaraan apa saja yang telah mereka lakukan. Lutung
terkejut setengah mati setelah mendengar semuanya.
“Bagaimana ini?” Tanya
Purbararang kepada suaminya.
“Aku tidak tahu. Nenek
sihir itu telah berbohong kepada kita. Padahal kita sudah memberikannya tumbal
nyawa seorang gadis,” Jelas Indrajaya
“Apabila rencana kita
gagal. Kita telah membunuh Raja dan seorang anak gadis. Ini semua salahmu, Kakanda!”
Seru Purbasari, menghakimi suaminya.
“Kau mengapa
menyalahkanku? Bukankah kau sendiri yang telah meracuni ayahmu?” dengan nada
yang tertahan agar tak terdegar oleh kerumunan orang. Mereka berdebat hebat.
Sementara Lutung
terkejut setengah mati setelah mendengar semuanya. Kini terang sudah mengapa
semua ini terjadi. Putri yang baik hati ternyata dimantrai oleh penyihir. Tak
ingin hal serupa terjadi sebgaimana Lutung dahulu. Maka dia lari kearah
Purbasari. Dia berteriak-teriak berusaha agar gadis yang dia cintai mengerti
kata-katanya. Sayangnya Putri tak mengerti bahasa Lutung. Dia hanya mencoba
menenangkan pangeran yang terjebak dalam bentuh hewan berbulu tersebut.
Lutung yang berusaha
menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya malah hendak dihajar oleh Patih.
Untunglah Purbasari menghalangi usaha salah paham tersebut. Maka Purbasari
menjelaskan bahwa Lutung inilah yang menemani dan melindunginya. Patih pun
meminta maaf. Sementara Lutung dengan wajahnya mengerang kepada Patih. Putri
tahu bahwa dia sedang marah, tetapi dihadapan manusia wajah itu terlihat lucu. Merekapun
tertawa.
Karna keadaannya yang
berbeda dari sebelumnya. Putri pulang kembali ke Istana. Lutungpun ikut
bersamanya. Sementara dengan berat hati Ia harus berpisah dengan teman-temannya
yang lain.
Di Istana, putri
kembali tidur dikamarnya yang megah. Dengan wewangian yang khas yang sangat Ia
rinduka. Sementara persaingan atas singgahsana yang menjadi pokok kesialan Sang
Putri ini terus berjalan. Diumumkannya sayembara untuk menentukan apakah
Purbasari dapat menjadi Ratu, kembali memerintah kerajaan. Atau kedudukan
tersebut masih akan menjadi milik Purbararang dan juga suaminya, Indarjaya.
Purbararang memberikan
sayembara berupa rambut siapa diantara mereka berdua yang lebih panjang. Sayangnya
Purbararang tidak tahu bahwa selama di hutan, Purbasari tidak pernah sekalipun
memotong rambutnya. Dia hanya menguncirnya berlipat. Sehingga pada saat
sayembara tersebut dimulai maka rambut Purbasarilah yang lebih panjang dari
Purbararang. Dia kalah telak. Tetapi keegoisan itu tidak berakhir begitu saja.
“Aku belum selesai
dengan tantanganku ini. Aku sebagai seorang Ratu yang menjabat ingin menantang
adikku ini tentang kekasih siapa yang lebih gagah dan juga tampan. Sebab
seorang Ratu mesti memiliki Raja untuk memiliki keturunan,” Seru Purbararang
dihadapan para pemirsa yang hadir.
Masyarakat hanya
menggerutu atas ketidak wajaran ini. Jelas Purbasari akan kalah. Semasa dia di
hutan tidak ada satupun pria yang dia temukan. Sementara Purbararang telah
memiliki suami. Bagaimana mungkin ini akan dimenangkan. Sayembara yang tidak
adil bagi mereka.
Sayangnya lagi-lagi
purbararang tidak tahu menahu tentang apa yang ada dihadapannya. Tetapi soal
inipun sebernarnya Purbasari pun tidak mengetahuinya. Bahwa Lutung yang selalu
duduk di bahunya itu adalah seorang pangeran tampan. Dia dikutuk oleh sebab
yang sama. Gialnya kekuasaan dan sihir. Tetapi hal itu telah berlangsung lama.
sementara sihir yang terjadi pada Lutung memiliki penawarnya tersendiri.
Dahulu di sebuah
kerajaan hiduplah seorang pangeran muda yaitu Lutung tersebut. Kerajaan tersebut
memiliki banyak musuh. Sehingga Lutung sebagai seorang Raja memiliki banyak
serangan. Sementara itu kerajaannya telah berhasil direbut. Dia lari ketengah
hutan sebagai buronan. Kepalanya dihargai ratusan keping emas oleh Raja yang
telah berhasil merebut kekuasaannya itu. Dia tahu bahwa dirinya terancam. Maka
kutukan itupun menimpa dirinya. Sihir yang entah darimana tiba-tiba saja
merubah wujudnya menjadi Lutung berbulu hitam. Kemudian yang tersisa hanya
sarung yang dia kenakan saja saat lari ketengah hutan. Di atas rimbunnya
dedaunan terdengar suara yang sampai saat ini dia ingat. Suara itu
memberitahukaan kepadanya bahwa kutukan itu bukanlah sebuah kesengsaraan. Melainkan
sebuah penyelamatan serta dengan kutukan itu dia akan menemukan cinta
sejatinya.
Lutung lalu ingat akan
hal itu. Kemudian ditengah sayembara. Lutung menarik-narik tangan Purbasari.
Purbararang tertawa melihat hal tersebut, “Apakah Lutung itu kekasihmu? Hahaha…”
Purbasari melihat
kearah hewan mungil tersebut dan tak tahu harus berkata apa kecuali meladeni
tantangan tersebut. Kemudian dia berkata, “Ya…” Orang-orang disana menatapnya
dengan tatapan aneh.
Sementara Lutung kemudian
menjatuhkan kain sarung yang selama ini Ia kenakan. Dia kemudian masuk
didalamnya.
Sontak saja orang-orang
menyebutkan kata-kata yang melegenda hingga saat ini.
“Lutung ka sarung! Lutung ka sarung! Lutung ka sarung!” maksudnya dalam bahasa sunda adalah Lutung ke sarung atau Lutung memasuki sarung.
“Lutung ka sarung! Lutung ka sarung! Lutung ka sarung!” maksudnya dalam bahasa sunda adalah Lutung ke sarung atau Lutung memasuki sarung.
Dengan penuh keyakinan
bahwa saat inilah kutukan itu harusnya berakhir. Maka seketika itu dihadapan
banyak mata. Lutung berubah menjadi manusia. Gagah dan tampan. Semua orang
terkejut melihat keajaiban tersebut. Purbasari menatap Lutung dengan penuh
haru. Hewan yang melindunginya selama ini adalah seorang Pria tampan dan
menawan.
“Akulah pendamping Purbasari!”
Seru Lutung.
Kemudian sayembara itu
berakhir dengan kemenangan telak yang diraih oleh Purbasari selaku Ratu yang
sah. Belum sampai sana saja. Lutung membeberkan semua kebusukan Purbararang dan
Indarjaya di hadapan khalayak. Mendengan hal tersebut Patih dan para tentaranya
segera menahan keduanya. Dimasukannya mereka berdua kedalam penjara.
Purbasari yang tidak
menyangka bahwa kakaknya bisa setega itu terhadap dirinya dan juga Ayahnya tak
dapat berkata-kata. Patih menyarankan hukuman mati kepada kedua penghianat
tersebut. Tetapi karna kebaikan Purbasari maka mereka hanya di penjarakan saja.
Sayangnya hokum haruslah terjadi. Siapa yang berbuat kebaikan maka balasannya
adalah kebaikan. Sementara sebaliknya, siapa yang berbuat keburukan maka dia
akan menuai keburukan yang serupa.
Setelah berbulan-bulan
mendiami penjara. Tentu ada hal yang tidak dapat dipenuhi oleh mereka berdua. Janji
yang mereka lupakan. Nenek sihir tak kunjung mendapatkan tumbal nyawa. Hingga saat
malam akhir tahun tiba. Purbararang dan Indarjaya mati mengenaskan dilahap oleh
makhluk gelap.
Tamat
hii, keren nih ceritanya. cuma masalah teknik penulisan aja perlu koreksi
ReplyDeleteMakasih Mba,
DeleteMasih belajar hhe
Sands Casino & Resort Review - SEPT Casinos
ReplyDeleteSands Casino & 샌즈카지노 Resort is an all-in-one destination featuring more than 1,200 slots, 50 table 메리트카지노총판 games, video poker, live dealer 바카라 사이트 tables,