Mengapa aku jatuh cinta padamu



Cantik, setiap orang memiliki definisinya sendiri soal ini. Tak perlu khawatir, aku tak memilihmu dari mata telanjangku.
Solehah? No, itu bonus dari Allah untukku jika memang kesolehan itu ada padamu. Aku ini lelaki, setiap kendali ada padaku. Solehah atau tidaknya dirimu. Aku yang akan memperbaikinya. Sebaliknya, jika kau tak temukan kesolehan itu dariku maka kau berhak menolakku dengan tidak merendahkanku.
Kau nampak biasa saja bagiku. Wanita yang lebih cantik darimu banyak berkeliara di luar sana. Kau tak lupa bahwa aku ini hidup tak terkurung penjara. Aku orang yang masih bebas tak terikat janji apa-apa. Sementara banyak yang telah kutemui di kehidupanku ini. Menurutmu, apa masuk akal jika tak ada satupun wanita yang menyimpan rasa padaku? Bisa “Iya” bisa “Tidak”. Pada kenyataannya aku tak pernah perduli. Sebab wanita yang tampak biasa saja sepertimulah yang membuatku tak memperdulikannya dan berjalan dengan keyakinan bahwa kamulah orangnya.
Keyakinan itu membuatku bertanya. “Cinta itu apa?”
Hati ini utuh tak pernah merasakan sakit. Sebab hatiku terjaga dan tak pernah kuberi kepada siapa-siapa. Lalu mengapa aku merasa sesuatu yang tak biasa dan betanya. Apa ini sebuah kegelisahan yang berasal dari keraguan. Seperti pertanyaan, “Apa kau memiliki rasa yang sama?”. Tapi sekali lagi aku tak pernah memperdulikannya.
“Cinta itu apa?”
Setiap kali aku mengingatmu, bibir ini tersenyum. Setiap kali aku mendengar namamu, bibir ini tersenyum. Setiap kali bayangmu datang, aku tersenyum.
“Cinta itu apa?”
Soal rindu saja aku tak bisa menapikannya. Apakah cinta harus beralasan. Mengapa aku jatuh cinta padamu? Bagiku, cinta. Ya, cinta saja. Ada apa dengan cinta yang sakitnya ada pada kerinduan dan lukanya tak dapat mudah disembuhkan. Siapa pula yang menginginkannya, pada kenyataannya, cinta. Ya, cinta. Rasa yang kurang ajar ini datang begitu saja. Tak permisi, datang dan menetap.
“Cinta itu apa?”
Bila kau bukan takdirku, kau tak perlu khawatirkan aku. Cintaku tak segila itu kepadamu.
“Apakah rasa ini akan tetap ada bila tak berbalas?”
“Apakah rasa ini akan tetap ada bila tak berbalas?”
“Apakah rasa ini akan tetap ada bila tak berbalas?”
Hatiku berkata, “Jangan kau tanyakan lagi?”
Lantas aku menahan diriku dan bertahan dengan luka, membiarkannya pergi. Jawaban itu muncul pada saat tak di pertanyakan. Cintaku tak segila itu padamu.
Mengapa aku jatuh cinta padamu. Cukup, pertanyaan itu tak semestinya ada. Cinta tak perlu tanya. Tanya akan hadir sebagai orang ketiga dalam hubungan kita. Dia akan menimbulkan ragu dan curiga. Rasa itu harusnya tanpa tanya. Sebab ribuan kata tak akan mampu mendeskripsikanya. Lagipula hatiku bukan hatimu. Hatimu pun bukan hatiku. Kita hanya perlu saling percaya tanpa tanda tanya. Cintaku tak segila itu padamu.




Hilmanhar

Bekasi, 24 September 2017


0 komentar:

Post a Comment

Kunang-kunang kehidupan

Barang kali, jika malam tidak segelap ini Orang akan lupa rasanya terlelap didalam gelap /Sunyi ini memang memaksa kita untuk tetap tingg...