Aku
Mati Kutu
Mencoba menceritakan sesuatu yang tidak bersinggungan, tetapi masih seputar "AKU". Semasa kecil aku memiliki teman bernama Dinda (nama disamarkan hehe). Kami sering bermain bersama. Jangan bosan dulu mendengar kisah ini. Yak! haha
Aku mencintainya hanya saja kami terjebak distatus persahabatan. Memang tidak ada salahnya mencintai orang yang lama menjadi teman. Setelah lama diam dan memendam rasa. Bila memang harus dikatakan, kalian harus siap mengambil resikonya. Rasa akan berbeda setelah status kalian rubah. Percekcokan yang biasanya mengundang tawa bisa berubah malah mengundang tangis kecewa. Di persimpangan selalu aku menunggu Dinda. Pulang sekolah menaiki sepedah bersama-sama.
Sayangnya saat itu dia berjalan keluar gerbang bersama pria yang tidak kukenal. Tanganku gemetar, gugup dan berkeringat. Dewasa ini membuat aku tersiksa. Mengenal rasa disaat yang seharusnya belum tiba. Hatinya memang tak pernah sampai kujama. Pernah mungkin hanya sebagai sahabat saja.Itu cukup sebenarnya, buatku. Kini wanita bernama Delima di sebelahku. mungkin lain kali aku yang akan mengawali cerita atau mungkin kami akan bernasib sama.
Kesalahan, baiknya aku belajar darinya.
Diam dan mengagumi saja ternyata tidak baik bagi persaaan. Dia tidak tahu apa yang aku rasa. Peka-nya tak pernah juga berbicara. Menunggu apa? Waktu fajar mengabarkan datangnya siang. Waktu senja mengabarkan datangnya malam. Oh kau bukan matahari dan langit yang saling mengerti dari kejauhan. Kau manusia yang punya rasa dan harus di beritahu. Memendanya saja hanya akan mengulur waktu. Ketika kau temukan dia bersama seseorang yang lebih jujur darimu.
Mati kutu!
Dinda lama tak aku jumpa. Setelah kejadian itu aku lah yang selalu menghindar darinya. Dia pun tak juga mencari-cari aku. Tidak seperti dahulu yang sepulang sekolah tak menatap muka rasanya kehilangan yang begitu dalam. Maka Dinda tak jarang ida datang kerumah. Mengajak bermain keluar atau menghabiskan senja bersama. Hehe kini senjaku dan senjanya entah kemana. Aku bersama senjaku di atas bus pulang kerumah. Dinda??? Entah...
Klick kisah sebelumnya
Selanjutnya
0 komentar:
Post a Comment