aKu

 All The Time

Gadis lalu yang aku ceritakan namanya Delima. Gadis di serial cinta yang berada di atas bus saat aku pulang kerja. Bukan... bukan peertemuan yang pertama. Delima satu komplek dengaku. Hanya berbeda dua gang saja. Dia berteman baik dengan adikku. Sering dia datang kerumah dan juga berdiam diri lama di balkon bersama aku dan juga adiku Nita. Umur kami terpaut 4 tahun saja. Umurnya sepantar dengan umur Nita yaitu 18 tahun. Ini semester terakhir buat mereka di SMA. Serelah itu lulus dan mungkin akan lanjut kuliah. Oh iya sekolahan mereka berdua berbeda. Delima bersekolah di SMA xx Jakarta.

"Kamu baru pulang?" tanyaku. Mengawali sebuah percakanpan. Masih berada di bus yang sama, kemarin aku ceritakan. Percakapan yang aku harap bisa mewarnai kembali awan yang menggelap karna datangnya malam. 
"Iya, Mas." jawabnya singkat. Delima mengguratkan senyum manis di bibirnya. Kepalanya masih mendayu mengikuti alunan lagu. Headset masih tertempel di telinga kami berdua. Dia sebelah kanan dan aku mengenakan di telinga sebelah kiri. Back to December-nya Taylor Swift lagu waktu itu. 
Masih jauh untuk menuju desember. Saat itu masih bulan Juni. Semoga saja masih dalam keadaan yang sama sampai desember tiba.



Akibat goncangan bus, terjatuh lagi rambut panjangnya. Moment yang begitu indah mengalahkan pemandangan di pegunungan dimana rerumputan menari akubat tiupan angin. Hal ini lebih indah 'For me!" Dimana saat itu dia kembali merapikan rambutnya dan menyelipkan di belakang telinga. Aku ingin aku yang merapikan. Berharap itu boleh, bukan?
Berawal dari senyuman kemudian menumbuhkan benih kerinduan.

"Jangan pelihara kerinduan. Kata orang cinta itu buta. Bagai pisau bermata dua. Kalau tak mampu memiliki maka akan menyiksa diri. Batin dan raga tak pernah sama. Selalu dalam rangka membela diri. Aku rindu tapi tak bisa bertemu. Aku cinta tetapi dia tidak. Berbeda?" Ketakutan ini pun berbicara.

"Kita sudah sampai, Mas. Kok diam saja. Memangnya gak mau turun?"
Wah mata itu melamun jauh kedalan jurang ketakutan. Pengecut! Belum lah berjuang tetapi sudah mati karna takut. Aku terbangun dari lamunan.

"Owh iya. Ayok, kita turun!" Salah tingkah.






Klick kisah sebelumnya

Selanjutnya


   
    

0 komentar:

Post a Comment

Kunang-kunang kehidupan

Barang kali, jika malam tidak segelap ini Orang akan lupa rasanya terlelap didalam gelap /Sunyi ini memang memaksa kita untuk tetap tingg...