Aku


Aku tidak akan pergi kemana-mana jika aku duduk. Sama halnya dengan kisah ini. Jika aku diam tak berkata maka tidak akan ada yang tahu apa yang ingin aku katakana. Jika aku diam tidak bergerak maka tidak akan ada yang tahu kearah mana aku ingin bergerak.
Maka kecemburuan tampaklah jelas. Tidak ada salahnya mengikuti teori setiap yang kita rasa tak semua orang harus mengerti. Tetapi setiap kecewa perlu improvisasi agar diam dapat dimengerti dan marah dapat diobati.
Aku pergi tanpa permisi dengan singkat berdiri kemudian berjalan meninggalkan mereka pergi. Dinda sigap menahan tanganku, “Mau kemana?”.
Aku tidak bereaksi apa-apa. Diam dan yang aku bisa lakukan hanya menatap mereka berdua, bergantian. Kemudian wanita itu melepaskan genggamannya. Entahlah, mungkin dia sadar makna tatapanku. Bila jauh dia menerawang maka akan ditemukan kejijikan.
Salah atau tidaknya, semua telah aku putuskan. Aku buktikan dengan tindakan. Kecintaanku yang aku kubur dalam peti persahabatan. Setelah ini mungkin kekasihnya akan bertanya, “Dia kenapa? Dia siapa kamu? Kelihatannya dia marah kita duduk disini?” atau mereka berdua tidak cukup cerdas untuk menyadari bahwa aku pergi karna cemburu.
Lagi aku sendiri…
Kemudian tak lama ponselku berdering. Kulihat sepucuk pesan digital masuk.

Nanti malam kita ketemuan. Nanti aku menyusul kerumahmu ;) 

Saat sore hari, kala cemburu menampakan sosok asliku. Setelah sekian lama dia tidak mengetuk pintu. Kini dia datang dengan dress putih dan bawahan levis biru di depan pintu, berdiri mematung, lagi seperti dulu.

“Ternyata kau benar datang,” kataku, “Masuklah!”

Wajahnya sedikit termengut sebal. Dia pun berjalan masuk. Aku memandanginya di ambang pintu. Dari belakang kami menaiki tangga untuk sampai ke tempat kami biasa bertatap muka. Tanpa dia tahu apa yang aku rasa. Tanpa aku tahu apa yang dia rasa.
Di bawah cahaya bulan setengah lingkaran. Dia bercerita panjang lebar soal kejadian tadi siang. Dia amat mengerti mengapa aku mengambil langkah menjauh.  

“Sepertinya kita perlu menceritakan kita yang sekarang. Maaf terlalu lama menghilang.” Dinda.

“Tidak ada yang special dariku. Ceritamu terlalu egois…”

“Loh kok egos. Sih!”

“Aku ini masih sendiri tahu. Dan kamu punya banyak cerita seru tentang kamu dia kamu dia”

“Lah, siapa suruh ngejomblo hahaha…”

“Bodoamatttt!”

Pada keyataanya cemburu padam hanya dengan kejujuran. Cerita ini sepertinya hanya akan tersimpan sebagai kesedihan. Dimana aku tidak dapat mengutarakan kepadanya tentang air mata yang tertahan didalam hati saja.



0 komentar:

Post a Comment

Kunang-kunang kehidupan

Barang kali, jika malam tidak segelap ini Orang akan lupa rasanya terlelap didalam gelap /Sunyi ini memang memaksa kita untuk tetap tingg...