Reuni 212
Pada hari rabu tahun lalu, aku mengalami peristiwa paling
menyakitkan. Saat itu ada seseorang yang memfitnahku dengan berkata bahwa aku
tukang tipu. Hingga dalam beberapa saat sebagian temanku bahkan percaya akan
hal itu. Mereka memperlihatkan kebencian dan mengacuhkanku. Saat itu rasaku tak
karuan, sebenarnya aku merasa bahwa aku amat sedih dan merasa amat terhina oleh
perkataan orang tersebut. Sementara disisi lain aku senang karna teman-temanku
memperlihatkan sisi asli mereka. Disaat yang bersamaan mereka mengacuhkanku
kemudian banyak pula yang masih menyayangiku. Disanalah letak kebahagiaanku. Mereka
berjuang membelaku mati-matian. Untuk meluruskan bahwa aku bukanlah tukang tipu
atau sejenis itu. Aku adalah kebenaran yang seharusnya dijadikan panutan.
Puncak dari semua peristiwa ini adalah teman-teman yang
masih setia denganku berkumpul untuk membelaku pada hari minggu. Aku terkejut,
betapa banyaknya mereka. Berkerumun bagaikan pejuang dimedan perang. aku amat
bersyukur… syukurku tak terhitung. Maka saat itulah aku merasa tak mengapa
orang membenciku sebab masih lebih banyak lagi yang akan mencintaiku lebih dari
itu. Karna musuh tetaplah musuh seberapa baiknya pun dirimu. Sementara teman
tetaplah teman meski hasutan mempengaruhinya.
Singkatnya aku tenang dan semua kembali normal.
Hingga waktu berlalu. Kini di hari yang sama hanya tahun yang
berbeda. Entah mengapa teman-temanku berkumpul kembali. “Ada apa ini?” Tanyaku dalam
sepi. Di sana mereka ternyata berencana untuk memperingati hari ketika aku
difitnah. Entah apa yang aku harus lakukan. Kesakitan itu seperti teringat
kembali. “De’javu kau tahu?” Kali ini apa yang akan mereka perjuangkan. Kuharap
mereka sebaiknya lebih mencintaiku dan mengenalku lebih dalam. Bukan hanya pada
hari ini saja atau hari dimana aku difitnah dan terhina. Kurasa mereka pun tak
senang. Sebab teman yang kini menjadi muskuhku akan tersulut kembali dengan
tanya di benak mereka apa aku ini kebenaran
yang ada? Kemudian tanya yang lain seperti, “Apakah terjamin ketulusan hati
mereka. Mengapa berbangga telah membela dengan mengadakan acara seolah mereka
bergembira di atas penderitaan temannya?” Bukankah aneh rasanya.
0 komentar:
Post a Comment