Kisah Nabi Nuh - Pelajaran Seputar Ayah dan Anak

Alangkah beruntungnya seorang anak yang memiliki orang tua yang senantiasa mengingatkannya dalam kebaikan tentang akhiratnya. Betapa tidak, di zaman ini bayang orang tua lalai dari memenuhi tugasnya sebagai penanggung jawab terhadap urusan akhirat keturunan mereka. Orang tua di aman ini justru sibuk mencari uang demi memfasilitasi anaknya ke arah dunia yang sejatinya justru malah melalaikan si anak dari berbuat taat kepada Allah. Pelajaran penting dari kisah Nabi Nuh Alaihissalam tentang ke cintaannya kepada anaknya.

Beratus-ratus tahun Allah mengutus Nuh di tengah umatnya untuk mengajak ke pada tauhid. hampir di katakan seribu tahun lamanya Nuh berdakwah. Kaum Nuh yang begitu dzalim terhadap tuhannya justru malah mengatakan bahwa Nuh adalah orang yang gila. Bahkan istrinya sendiri pun termasuk orang-orang yang kafir.

Sudah kita ketahui bahwasannya tatkala Allah murka terhadap kaum Nuh maka Allah jadikan banjir bandang. Allah turunkan hujan lebat untuk menenggelamkan kaum Nabi Nuh.Nuh sebelumnya telah diberi wahyu untuk membuat kapal yang besar. Sehingga saat Adzab Allah tiba Nuh sudah Allah perintakan menaiki kapal itu.




Singkat cerita, Ketika banjir telah tiba. Nabi Nuh memerintahkan anaknya untuk ikut serta naik di atas kapal berasamanya. Dia berharap anak yang dia cintai ini selamat dan menjadi penus baginya. Sayangnya anaknya tidak mau ikut dan justru mencari perlindungan kepada selain Allah. Dengan tegas dia menolak ajakan ayahnya -Nuh. Dia bekata bahwasannya dia akan pergi menaiki gunung. Dia meyakini gunung itu akan menyelamatkannya dari banjir. (QS.Huud; 41-43)

Perlu di ketahui bahwasannya adzab Allah begitu besar menimpa kaum Nuh Alaihissalam. Allah tak hanya menurunkan hujan lebat untuk menciptakan banjir. Saat itu Allah juga memancarkan air-Nya dari permukaan tanah. Dikatakan bahwa air mengucur dari lantai dapur-dapur tempat mereka membakar roti. (QS. AL Qomar; 11-12)(QS.Huud; 40)

Tidak juga lah dia takut kepada seruan ayahnya. Dia lebih memilih gunung dari pada ikut menaiki kapal. Dan gelombang menjadikan penghalang bagi Nuh untuk membujuknya. Sehingga anak itu menjadi bagian orang-orang yang terkena adzab. Air pun naik dan terus naik hingga gunung-gunung yang mereka percayai bisa membantu mereka dari adzab Allah telah tenggelam. Menenggelamkan mereka ke dasar air yang begitu dalam.

Lihatlah betapa Allah mengadzab melalui sebab. Seributahun lebih kurangnya Nuh di utus untuk kaumnya tetapi kaum itu mendustakan Nuh yang menyerukan tauhid. Sunggu setelah semua tenggelam. Allah memberhentikan hujannya dan membuat surut air.

Pelajaran penting dari kisah ini adalah Nuh sebagai ayah berharap anaknya ikut bersama dia dalam kebaikan. Anaknya justru kufur terhadap apa yang dia -Nuh- ajarkan. Beruntunglah sang anak yang memiliki ayah yang masih sayang terhadap akhirat anaknya. Kita patutnya jangan menyerah sebagai mana Nuh mendakwahi anaknya. Meski hingga akhir tetap dia berjuang demi keselamatan anaknya. Beberapa orang tua justru sebaliknya. Membiarkan anaknya terluntang-lantung tanpa di bekali pemahaman agama. Beberapa diantaranya justru malah menyerah dengan keadaan zaman.

Tidakkah kalian fahami tentang tanggung jawab sebagai orang tua... bahwasannya di akhirat kelak kalian jugalah yang akan mempertanggung jawabkan anak-anak kalian kelak di hari hisab.



0 komentar:

Post a Comment

Kunang-kunang kehidupan

Barang kali, jika malam tidak segelap ini Orang akan lupa rasanya terlelap didalam gelap /Sunyi ini memang memaksa kita untuk tetap tingg...