AKu

MATI SURI 

Menyendiri buatku itu bukan seperti mengurung diri. Hanya saja sulit menemukan telinga dan juga hati untuk peka. Berbisik pada pagi tak juga memberikan sebuah arti. Berfikir bagaimana caranya menjadi dikenang setelah mati. Menulis mungkin jadi pilihan buatku. aku menulis untuk menuju mati. keabadian dan juga namamu akan selalu tergurat dalam pena yang tertuang di atas kertas. Menulis karya cerita yang fiksi ataupun yang non fiksi , ilmiah ataupun fantasi. Mengingat banyaknya anak muda yang mati saat dini. Mereka mati karna kalah berperang melawan zaman. Mati semangat, mati juga masa depan. Sendir menjadi jalan terbaik.






Keabadian atau kenangan tentang sosok aku ini. Siapalah aku tanpa ayah dan ibuku. Ayahku telah lama tak ada. Dia pergi meninggalkan kami, aku, adik dan ibuku. Allah menginginkannya pergi lebih cepat. Sempat Allah juga ingin membawaku untuk ikut pergi bersama ayah. Sakitku parah saat sekolah menengah pertama -SMP-. Di akhir ujian sekolah aku menderita usus buntu. Penyakit dalam yang cukup ringan dibandingkan dengan penyakin dalam lainnya. hanya butuh guratan kecil diperut kemudian menjahitnya kembali. Saat aku tertimpa penyakit itu justru keadaan berbeda. Dokter atau mantri biasa aku berobat salah mendiagnosa. Gajala saat itu memang hanya panas dingin biasa. Akhrinya resepnyapun ya begitu-begitu saja. seminggu berlalu perutku membengkak karna pencernaan tak berfuungsi normal. kemudian aku dibawa kerumah sakit besar. Dokter ternyata sangat menyasalkan keadaanku. Katanya bila saja terlambat mungkin nyawaku sudah tiada. Oh dokter kematian hanya milik Tuhan. Kalaupun terlambat ternyata Allah memberiku kehidupan kedua. Oprasi besar-besaran pun dilakukan. Gurata pisau oprasi membelah perutku. Dari pusar hingga atas kemaluan. sekitar duapuluh tujuh jahitan. Aku tahu setelah tersadar karna sebelumnya aku dibius total. Aku hanya bermimpi sedang berjalan disekolah bersama teman-teman. Kejadian itu membuat aku percaya, bahwa kejadian di kebanyakan film itu ternyata benar.  Keadaan saat kereta tidurku di bawa keruang oprasi. Tatapan cemas para orang tua dan kerabat. Silaunya lampu oprasi dan dinginnya tangan dokter. Semua benar digambarkan dalam perfilm-an. Bersyukur aku ini kehidupanku yang kedua. Menjadi lebih baik itu harus buatku. Mungkin tidak ada lagi kesempatan karna setelah kesempatan kedua jarang aku mendengar kesempatan ketiga.


klick kisah sebelumnya 

selanjutnya di sini




0 komentar:

Post a Comment

Kunang-kunang kehidupan

Barang kali, jika malam tidak segelap ini Orang akan lupa rasanya terlelap didalam gelap /Sunyi ini memang memaksa kita untuk tetap tingg...