Aku
Rasa Berbalas
Bukan sebuah kata yang tepat untuk menceritakan kebencian melalui umpatan. Mungkin diam ini adalah salah satu bentuk kekecewaan terhadap apa yang telah menimpa diriku. Kekerdilan cinta ini menjadikan aku sebagai pecundang yang kalah dalam kejujuran. Akhirnya, pahit saja. Cinta yang terajut dalam diam hanya menyisakan isak tangis tanpa air mata yang keluar. Hanya dalam diam seperti seorang yang berlagak kuat. Ingin merajut tali itu. Dimana dia bisa terhubung dan tak dapat lepas dari ikatannya.
Aku menghampirinya yang
sedang asyik memandang kilauan cahaya lampu yang terhampar di hadapan kami. Baris-baris
atap rumah-rumah yang terlihat dari balkon nampak seperti bukit-bukit kecil di
tengah perkotaan. Dengan sedikit berharap akan kehadiran bintang jatuh, supaya
aku bisa memohon agar dia tidak pergi.
Tanganku dengan lancang
memegang pundaknya. Membalikan tibuhnya, memaksanya mengacuhkan keindah yang
sedari tadi dia pandang. Sahabat yang aku cintai itu tidak banyak bergerak. Dia
mengikuti alunan malam diantara kita berdua. Setelah mata kami bertemu, saling
memandang. Wajah kami sedikit demi sedikit berdekatan. Saat itulah berakhirnya
sebuah cerita persahabatan.
Di kolong langit
bertabur bintang. Sebuah keintiman antara dua orang yang saling pendam-memendam
rasa. Aku tidak tahu apa-apa lagi. Apakah ini jawaban atau ini adalah sebuah
tindakan untuk mengucapan selamat tinggal.
Pada akhirnya aku hanya
menikmatinya. Mengait serta menyimpulkan benarng merah kepada takdir yang Dia
persembahkan, malam itu. Percis seperti setigma gelap dalam lamunan seorang
pecinta buta yang tak tahu arah. Kurang ajar dan tak beradab. Lancang dan hina.
Aku, malam itu.
Entah mengapa kami
berdua terbang di bawah angan. Menangisi kekurang ajaran takdir yang seharusnya
kami berdua genggam. Tetapi kami lewatkan sejak lama, atas dasar ketidak
beranianku untuk menguratakan rasa. Kini takdir itu menempatkan kami pada kisah
aneh tentang persahabatan yang tersesat hingga hilang kesadaran.
Dinda melepaskan
cuimannya. Wajahnya menjauh dengan air mata yang aku lihat mengucur dari kedua
matanya. Kemudian dia pergi begitu saja. Aku, diam tak bisa berbuat apa-apa. Dengan
melihatinya, aku sadar bahwa memang, malam ini adalah perpisahan. Untuk pertama
dan terakhir kalinya, rasaku berbalas kemudian berakhir di malam yang sama.
Kisah selanjutnya
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete